Banyak khalayak mengira berinvestasi di Reksadana Pendapata Tetap (RDPT) berarti akan selalu aman, sebab RDPT masuk ke obligasi. Pandangan tersebut memang benar, bahwa obligasi relatif instrumen yang aman. Resikonya sedikit di atas deposito, bahkan bila obligasi yang dipilih memiliki rating AAA sehingga cenderung aman dari gagal bayar, maka resikonya bisa ditekan hingga (hampir) sekecil deposito.
Lantas mengapa ada RDPT yang anjlok sampai puluhan persen?
Nah, kalau kita ingin mengetahui jawabannya, pertama kita harus menelusuri dulu seluk beluk obligasi.
Definisi Obligasi
Obligasi adalah sebuah surat hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pemerintah. Hutang tersebut memiliki jangka waktu, misalnya selama 3 tahun sebagaimana beberapa ORI terdahulu.
Sistem pembayaran obligasi mirip dengan sistem pembayaran hutang bank. Tiap periodenya, pembuat obligasi akan membayar sejumlah uang ke pembeli obligasi. Konsepnya mirip dengan hutang bank biasa.
Namun ada juga kalanya, dari awal hingga akhir periode, pembuat obligasi tidak membayar apa-apa. Dan kemudian pada akhir periode, semua bunga dan pokok akan dibayar sekaligus. Ini disebut Ballon Payment Obligasi (obligasi dengan pembayaran secara menggelembung).
Pendek kata, sistem dalam obligasi mirip dengan hutang bank biasa. Ada jangka waktu, ada pembayaran bunga, dan periodenya. Yang berbeda, obligasi mengenal sistem bursa.
Bursa Obligasi
Sebagaimana saham diperdagangkan di bursa, maka obligasi pun juga bisa diperdagangkan di bursa. Suatu ketika harga obligasi mengalami kenaikkan, misalnya menjadi 110% dari harga aslinya. Sedangkan di lain pihak, saat itu pemilik obligasi sedang butuh uang mendesak dan ingin mencairkan dananya. Maka dia pun bisa menjual obligasi tersebut ke bursa dengan harga yang berlaku saat itu. Keuntugan penjualan berupa harga jual – harga beli (seperti ketika dagang emas) disebut capital gain.
Begitu pula, kadang Manajer Investasi pun bisa melakukan penjualan obligasi di bursa. Tujuannya ada 2, pertama mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari sekedar keuntungan bunga saja, sehingga nilai NAB ikut terdongkrak. Dan yang kedua, untuk memenuhi kebutuhan redemption masyarakat.
Redemption Massal, Awal Dari Petaka Hitam
Dalam kondisi tertentu, masyarakat mudah panik. Survey membuktikan, nyaris 80% masyarakat Indonesia merupakan kalangan deposan, dalam artian termasuk golongan konservatif yang takut resiko. Nah, karena mereka terbiasa hidup di dunia deposito yang aman, nyaman (dan berbunga kecil), maka ketika mereka berinvestasi di RDPT pun, mereka tetap menginginkan kenyamanan di deposito dulu. Karenanya, ketika harga RDPT turun, maka masyarakat pun mengalami kepanikan.
Apalagi ditambah gossip, Manajer Investasi bisa kolaps. Nah, makin panik-lah masyarakat RDPT...
Akhirnya, mereka pun memilih melepas dana di RDPT, dan memilih kembali ke deposito saja. Dalam kasus macam ini, akan terjadi redemption / penarikan dana di RDPT secara besar-besaran, dan serentak. Karena beberapa RDPT memperbolehkan penarikan secara likuid, maka otomatis konsekuensinya pihak Manajer Investasi harus menyediakan dana segar dalam jumlah besar saat itu juga. Darimana mereka mendapatkan dana segar dalam jumlah miliaran atau puluhan milyar dalam tempo singkat?
Akibatnya, kadang mereka terpaksa menjual obligasi di bursa karena tuntutan masyarakat yang ingin melakukan redemption saat itu juga. Padahal, harga obligasi di bursa sedang anjlok hingga di atas -5%. Inilah awal kerugian suatu RDPT.
Tak hanya itu saja, ternyata akibat redemption tersebut, harga NAB RDPT terkoreksi menurun. Ditambah gossip buruk, maka nasabah pun makin panik. Dan penarikan tahap kedua, ketiga, dan seterusnya berlangsung. Ouch, saya mulai merasa kasihan pada pihak Manajer Investasinya...
Lebih lanjut, akibat dari suatu redemption tidak hanya membuat Manajer Investasi mengalami kerugian akibat harus menjual dana obligasi di bursa pada saat harganya turun. Tetapi redemption itu sendiri juga mengakibatkan penurunan nilai suatu reksadana di mata masyarakat, dan akibatnya NAB pun kembali turun.
Itulah mengapa ada RDPT yang bisa anjlok hingga minus belasan persen. Masihkah Anda berpandangan RDPT yang masuk obligasi itu 100% aman bak deposito?
Best regards,
Eka Dharma Pranoto, S.Kom, Aff.WM.
---------------------------
- Privat umum bisnis dari nol: 100 ribu rupiah *
- Privat umum reksadana dari nol: 100 ribu rupiah *
- Pembuatan program komputer untuk toko / mini-market / usaha apapun **
- Privat khusus 1 orang saja: 200 ribu rupiah
* minimal 5 orang pendaftar
** bergaransi support purna jual selama 5 tahun
Anda pun bisa mendapatkan penghasilan tambahan dengan menjadi makelar program komputer yang kami jual. Komisi berkisar 250 rb - 1 juta per order, fleksibel, tanpa dikejar target, tanpa uang pendaftaran.
Hubungi:
ekadp73@yahoo.com
ekadp22@yahoo.com (dalam kondisi email pertama gagal)
Selasa, 25 Agustus 2009
Mengapa RD Pendapatan Tetap Bisa Anjlok Puluhan Persen
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar