Kamis, 20 Agustus 2009

Berinvestasi Di RD Campuran? Atau Masuk RDS & RDPT Saja?

Sebagian besar nasabah di Indonesia, masih bermental takut resiko. Di satu pihak, mereka mengakui return deposito sudah amat tak memadai. Maka mereka pun kini menginginkan investasi dengan return di atas deposito, syukur-syukur di atas obligasi.

Namun di lain pihak, sebagian besar khalayak masyarakat investor Indonesia pun menginginkan resiko yang tak terlalu tinggi. Sebab mereka jelas tak menginginkan merasakan “nikmatnya” aktfitas ‘senam jantung’.

Maka dari itu, RDC nampanya menjadi alternatif solusi yang lumayan memadai. Dia mampu memberi return lumayan, dengan resiko yang dibawah RDS. Sungguh menyenangkan bukan?

Tetapi kagetkah Anda, jika saya katakan, “Jangan berinvestasi di RDC. Jika Anda menginginkan return memadai dengan tingkat resiko menengah, pecahlah uang Anda ke RDS dan RDPT saja.”
Mungkin ada yang bertanya, “Apa sih bedanya?”. Oke, kita simak dua buah skenario berikut ini.

Katakanlah si Antok dan Budi sama-sama memiliki dana 100 juta rupiah. Mental mereka sama-sama moderat, dimana mereka ingin return memadai, dengan resiko menengah.

Maka si Antok pun memasukkan dananya ke RDC sebesar 100 juta.

Di lain pihak, si Budi bertemu dengan seorang penasihat keuangan. Nah, si penasihat keuangan itu menyarankan demikian, “Tak usah masuk RDC. Masukkan saja uangmu, 50% ke RDS dan 50% ke RDPT.” Maka Budi pun memasukkan dananya 50 juta ke RDS dan 50 juta ke RDPT.

Suatu hari di tahun 2008, ternyata market saham guncang bukan main. Sementara rupanya dunia obligasi masih adem ayem saja, tidak terlalu terpengaruh krisis. Saat itulah, terpaksa si Antok melakukan cut loss atas 100% dananya di RDC agar tidak terimbas lebih jauh. Sementara di Budi hanya perlu menarik 50% dananya di RDS, sedangkan sisa 50% dananya di RDPT masih bisa jalan terus.

Suatu ketika di pertengahan tahun 2009, ternyata market bergejolak naik turun. Sesekali bisa turun di atas 20%, bahkan hampir mencapai 30%. Karenanya sudah cukup layak untuk dilakukan market timing. Nah, si Antok tidak bisa melakukan market timing secara optimal, sebab dananya di RDC bukan semata-mata berada di saham saja, tetapi campuran saham & obligasi. Sedangkan si Budi bisa melakukan market timing secara maksimal atas dananya di RD Saham, sebab komposisinya nyaris 100% ke saham semua.

Skenario ketiga, katakanlah (jadi cuma fiktif belaka) suatu ketika di tahun 20xx, ternyata Indonesia mengalami krisis moneter tahap kedua. Sepertinya kiamat sudah hampir terjadi, semua negara maju remuk redam, dan ternyata Indonesia pun ikut kena imbasnya. Banyak MI mulai berguguran, terkena krisis global, redemption massal besar-besaran, serta perusahaannya sendiri terbelit hutang.

Ketika RDC si Antok remuk redam dan akhirnya menyatakan pailit dan terkena likuidasi, maka si Antok pun kehilangan semua dananya. Sedangkan apabila salah satu MI si Budi terkena likuidasi, maka si Budi hanya kehilangan salah satu dananya di RD.

Ketiga skenario tersebut, menunjukkan benefit ketika kita memecah dana ke RDS dan RDPT, dibanding masuk ke RDC, yaitu:

- Dalam kondisi krisis saham, dana di RDS bisa ditarik / cut loss, tetapi dana di RDPT bisa tetap jalan terus.

- Dalam kondisi index bergejolak, bisa melakukan market timing secara optimal terhadap dana di RDS, sedangkan dana di RDPT dibiarkan saja.

- Dalam kondisi super krisis dan terjadi kejatuhan MI besar-besaran, bila salah satu RD jatuh, maka masih ada yang lainnya sebagai cadangan / diversifikasi.

Semuanya itu menunjukkan benefit memasukkan dana ke RDS dan RDPT, dibanding dengan memasukkan semua dana ke RDC. Memang dengan memasukkan sekali saja semua dana ke RDC, Anda bisa langsung mendapatkan RD dengan return lumayan dan resiko menengah. Dan tentunya cara ini terasa lebih praktis, dan potongan administrasinya pun jadi lebih kecil. Paling tidak, topup fee dan redemption fee, serta potongan administrasi hanya kena sekali seja.

Tetapi dengan meluangkan lebih banyak waktu untuk memecah dana ke RDS dan RDPT, Anda bisa mendapatkan ketiga benefit yang saya sebutkan di atas. Kekurangannya, karena Anda bergabung dengan dua buah RD sekaligus, Anda akan terkena berbagai biaya, topup, redemption dan administration fee, sebanyak dua kali.

Sekarang, mana yang kita pilih, semua berpulang pada karakteristik masing-masing individu. Tidak ada yang lebih baik, tidak yang lebih buruk. Yang ada hanya berpulang kepada mana yang lebih sesuai kepribadian masing-masing individu.

Best regards,

Eka Dharma Pranoto, S.Kom, Aff.WM.

============


- Privat umum bisnis dari nol: 100 ribu rupiah *
- Privat umum reksadana dari nol: 100 ribu rupiah *
- Pembuatan program komputer untuk toko / mini-market / usaha apapun **
- Privat khusus 1 orang saja: 200 ribu rupiah
* minimal 5 orang pendaftar
** bergaransi support purna jual selama 5 tahun

Hubungi:
ekadp73@yahoo.com
ekadp22@yahoo.com (dalam kondisi email pertama gagal)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar