Jumat, 06 November 2009

Mengapa RD Pendapatan Tetap Saya Merah di Okt-Nov Awal 2009 Ini

Seorang teman bertanya, mengapa RD Pendapatan Tetapnya merah terus selama beberapa hari terakhir.

Mengenai RDPT bukan keahlian saya, sebab saya lebih fokus ke RDS. Tapi kalau saya yg newbie di dunia RDPT ini boleh kasih pendapat, siapa tahu bisa menjadi pencerahan.

Jadi gini, masalahnya khan yang bergejolak enggak karuan dunia Saham, tapi kok RDPT Anda ikut kena? Logikanya gimana? Kira-kira jawabannya berikut.


Mengapa RDPT Merah di Okt-Nov Awal 2009 Ini
Pertama, masalah di bursa Indo sekarang adalah ketidak pastian kinerja ekonomi, karena pasar meragukan kabinet Indo Bersatu-nya SBY. Kita tahu sendiri, tak semua mentri itu dari teknokrat (profesional) tapi banyak juga yg dari kalangan partai. Kalau nggak salah, hampir 50% dr partai. Nah, ceritanya investor dunia nih kecewa dgn pilihan tersebut, sebab dulu banyak yg berharap banyaknya teknokrat yg akan masuk ke kabinet. Kekecewaan akan kurangnya teknokrat yg masuk ke kementrian inilah, yg bikin investor ragu masuk Indo.

Kedua, pasar ragu akan kinerja beberapa menko. Maklum, banyak orang baru di Kabinet SBY, karena perombakannya khan rada-rada total juga. Pasar juga ragu akan kinerja mentri perekonomiannya, apakah bisa membawa Indo ke yg lebih baik /tdk, apakah memihak pasar, apakah memihak industri, dsb...

Yg menyebabkan RDPT terseok juga kira2 sama. Pasar ragu apakah kebijakan kabinet akan mendukung dunia pasar uang dan obligasi Indonesia. Memang yg nentukan BI-rate yg banyak menentukan nilai obligasi Indo itu Gubernur BI. Tetapi kalau mentri ekonominya dianggap meragukan & akibatnya perekonomian bergejolak, lantas inflasi naik-turun nggak karuan, ya sama saja donk gubernur BI-nya mau siapa.

Later, obligasi itu ada hubungannya dengan rating Indo di mata dunia. Kalau ratingnya B, maka banyak investor yg mau beli obligasi Indo dan akibatnya makin likuid di bursa. Kalau ratingnya AAA+ (kayaknya masih lama), maka obligasi kita dijamin bakal jadi rebutan.

Hanya saja , karena kemarin pasar ragu akan kinerja kabinet, maka pasar juga ingin tahu dulu rating Indo akan di-rating berapa oleh badan perating setelah pergantian kabinet baru ini. So, kembali ke pola wait and see lagi.

Tempo hari pasar juga masih menunggu kepastian Bi-rate berapa, makanya investor melakukan wait & see. Mengapa BI-rate penting buat obligasi? Soalnya besar kecilnya imbal hasil obligasi banyak ditentukan oleh BI-rate. untungnya Rabu kemarin bi-rate sudah keluar 6,5%.

Logikanya Mengapa Uang Mengalir Keluar Indo
Banyaknya aksi wait and see beberapa hari belakangan inilah yg bikin RDPT ikut merah. Lho, kenapa? soalnya bursa dunia juga lagi naik. Logikanya, kalau bursa Indo tidak jelas & masa depan obligasi Indo tidak jelas, mending saya cairkan duit saya donk, trus saya masukin aja ke Index Down Jones yg beberapa saat ini lagi naik... or, saya gunakan buat trading emas saja... ngapain masuk Indo kalau kabinetnya dirasa kurang jelas & masa depannya belum jelas, kalau ada opsi lain di luar negeri yg bursanya pada naik semua.

Itulah alasan mengapa RDPT pada kagok beberapa hari silam, soalnya ada aksi duit investor yg keluar Indo, utk beli saham, forex, options, etc di bursa dunia... iyalah, khan mumpung bursa dunia lagi naik.

Untuk memahaminya, coba Anda bayangkan diri Anda sebagai investor asing di Amrik yg punya duit gede, misal 15 juta dollar. Kalau obligasi Indo sedang dipertanyakan masa depannya en dianggap belum jelas, sementara dilain pihak bursa dunia Asia en Dow jones lagi menanjak, Anda pilih yg mana? Kalau saya pilih tarik duit saya di obligasi Indo & masukkin ke Dow Jones aja, trus pake Profit Stop, kalau dah naik 5%, gw tarik, lalu masuk lagi... lebih aman, lebih gede untungnya...

Jadi, soal logikanya kenapa raport RDPT-nya merah telah terjawab.

Solusi Dan Kesimpulan -- Apa Yang Mesti Kulakukan
Trus sekarang ngapain? Solusinya gimana?

Pandangan saya, krn Bi-rate dah jelas, maka investor cuma wait en see kabinet aja. Mending sementara dana ditahan aja. Kalau Gan keluar akan kena Redempt Fee, trus pas besok masuk lagi ke Top Up (Subscript) Fee.

So, pertanyaannya apa biaya Redempt & Subscript tersebut sepadan dengan profit dr tindak cut loss Gan? Rasanya patut dipertanyakan. Kecuali kalau seperti saya, keluar fee 0%, masuk fee 0,75%. Kemungkinan besar sih untung kalau cut loss...tp itu khan krn saya dah 1 tahun lebih di RD makanya feenya dikasih ringan abiz...

Trus "ada bagaimana kalau RDPT gw trus merah?" Hmm, potensi kesana ada. Tapi saya kira semua ini cuma kejadian sesaat. Kita cuma nunggu kabinet jelas kemampuannya. Di lain pihak, biar bursa dunia rally, tapi sentimen positif yg 100% kuat juga belum ada. So, investor sendiri tahu tidak bijak kalau terlalu bertaruh di bursa luar, misalnya Dow Jones. Maka sebagian investor pasti akan tetap membiarkan duitnya di obligasi Indo, sebagai dana di Dunia Ketiga yg menjadi sarana diversifikasi... Krn ada beberapa investor yg masih tahan uang mereka di Indo, saya kira kejatuhan RDPT gak begitu gede....

So kesimpulannya, tahan aja dulu duit Anda di RDPT. Btw, krn BI-rate termasuk kecil, lebih baik jgn terlalu berharap pada dunia RDPT dan Pasar Uang di tahun ini dan 1 tahun mendatang. deposito bisa dipastikan tetap rendah di angka 5 s/d 8%. Obligasi pemerintah juga kayaknya nggak akan terlalu besar. Satu2nya potensi keuntungan RDPT yg besar, adalah bergantung dari capital gain obligasi lama yg masih mereka simpan. Sebab di kala BI-rate naik, obligasi baru jatuh nilainya & obligasi lama naik nilainya.

Maka saran saya, utk 1 tahun ini pilihlah RDPT yg kapitalisasinya kuat, macam Schroder gitu. sebab kapitalisasi besar sedikit menjamin mereka akan punya obligasi lama yg kemungkinan besar nilainya akan naik. Dengan demikian, mereka akan bisa menjual di angka yg lebih mahal dr harga belinya, dan karenanya mendapat Capital Gain yg bisa mendingkrak kinerja return RDPT akhir tahun 2009 ini.

Demikian sedikit sharing dari seorang nubie dunia RDPT, sekian dan terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar